Senin, 21 September 2009

CINTA EMPAT BELAS HARI

Oleh Rathie

Farah duduk di gazebo rumah, sambil membaca kumpulan cerpen yang barusaja ia beli di toko buku faforitnya. Sejenak ia mengamati lingkungan rumahnya yang asri. Tiba-tiba muncul sesosok perempuan jangkung yang mendekati keberadaannya di luar pagar rumah. Dan menyahut-nyahut.
“Assalamu’alaikum!” dengan rasa penasaran Farah segera membukakan pintu gerbang untuk perempuan itu.
“Wa’alaikumsalam” Farah mengucap, sambil menyelidik perempuan yang berada di hadapannya. “Emilia?” Farah terheran-heran atas kedatangan temannya secara mendadak. “ Ayo masuk kedalam!” Merekapun segera memasuki rumah Farah yang cukup besar.
Jus jeruk yang barusaja di Blender oleh Bi Ati, Farah tuangkan kedalam gelas bening. Kemudian ia sajikan untuk Emilia. Farah pun duduk di sofa, didepan Emilia.
“Ada apa Mil?” matanya menyelidik tajam menyoroti wajah Emilia. “Dilihat dari mimik muka lo, lo pasti lagi sedih ya?
“Belum gue ngomong, lu udah ngambil kesimpulan. Tapi sayangnya kesimpulan lu salah!” Jawab Emilia. Tapi, memang Emilia menampakkan wajah yang tak begitu menyenangkan.
Farah hanya diam sambil mengerutkan keningnya yang lebar, seperti lapangan Golf. Emilia mengangkat Jusnya dan meminum dengan penuh kesegaran.
“Lo tau gak? Sebenarnya gue udah jadian sama Kak Jimmi.” Wajah Emilia tetap tak berekspresi.
Mata Farah semakin tajam memandangi wajah Emilia, seakan-akan ia mau melahap sosok Emilia yang jangkung dan berbadan kecil. Sewaktu-waktu Farah menerkamnya dengan taring harimau yang tajam.
“Sialan Lu, Itu kan kabar gembira!” sergap Farah. Merekapun tertawa kegirangan dalam kepahangan. Sekian lama Emila menutup diri dalam komitmennya yang tidak akan Pacaran. Kini ia membukakan hatinya untuk Kak Jimmi.
__

Lain waktu, Farah dan Emilia berada di dalam Mall. Mereka menunggu di depan arena permainan Timezone. Mereka menantikan orang yang di tunggunya segera datang dan tak menghiraukan mereka seperti itu.
“Mil, lama sekali si Kak Jimmi.” Farah mengernyit dalam kesalnya.
“Uuh... ia nih, apa mending kita pulang saja?”
“Jangan deh. Kita tunggu dia sebentar lagi!” Usul Farah, sedikit menghapus kesalahan Emilia karena telah mengajak Farah ke mall itu.
Tak lama kemudian, Kak Jimmi menampakkan diri di hadapan mereka. “Hai,,hai maaf menunggu lama!”
“Kak Jimmi kok tega sih membiarkan kita menunggu lama?” tanya Emilia memelas.
“Iya nih kak Jimmi harus tanggung jawab!” tambah Farah.
“Uh,,,seakan-akan gue punya kesalahan yang gede aja!” Jimmi menyangkal, “Oke deh kalau menurut kalian kayak gitu. Sekarang kalian boleh main sepuasnya di sini.”
Farah dan Emillia saling berpandangan. Sesaat mereka saling terdiam. Kemudian mereka pun berkata, “Horee!!!”
Mereka bertiga tertawa kegirangan. Apa yang dilakukan Farah diantara Emillia dan kak Jimmi? Dia sepertinya sedikit mengganggu kencan mereka. Tapi apa boleh buat bagi Farah, sebab Emilia sendiri yang memintanya untuk menemani kencannya. Farah juga tak begitu canggung, karena Kak Jimmi itu sudah ia anggap sendiri seperti kakaknya sendiri.
Setelah sekian lama mereka bermain, kak Jimi bermaksud untuk pergi ketoilet dan minta izin terlebih dahulu kepada mereka utamanya Emilia sebagai pacarnya. Emilia mengizinkannya dan segera Kak Jimi hilang dari pendangan mereka. Emilia dan Farah masih tetap bermain walaupun lelah.
Mendadak Emilia, merasakan sesuatu yang tak menyenangkan di tubuhnya. Ia mengernyit kesakitan. Dan terdiam dalam sakitnya. Karena sakitnya telah melwati batas ketahanannya. Ia pun jongkok dan memegangi perutnya sebagai sumber kesakitan.
“Emilia, lo kenapa?” jerit Farah bersimpati.
“Aduh perut gue sakit Far, kayaknya mah gue kambuh.” Jawabnya dengan suara parau.
“Mendingan lo duduk dulu di pinggir, gue mau cari Obat and cari si kak Jimi yang tiba-tiba menghilang di telan mall ini.” Bergegas Farah berlari-lari kecil, ia sangat khawatir kepada Emilia. Karena memang kondisi badannya lemah.
Farah telah menemukan Obat yang ia maksud di toko obat. Ketika ia hendak mencari Kak Jimi ke Toilet. Ia melihat ada seorang teman dekatnya yang bernama Zahra sedang duduk di cafe. Ketika itu farah hendak menyapa sohibnya itu. Namun tiba-tiba datanglah Kak Jimi menghampiri Zahra sambil memberikan minuman dingin.
“Buset, Kak Jimi berani sekali.” Farah juga tahu betul kalau sebenarnya dari dulu ia menyukai Zahra, tetapi Zahra tidak memberikan sinyal kepada Kak Jimmi. Farah sangat kecewa sekali kepada Kak Jimi, ia segera kembali untuk mendapati Emilia.
Ternyata Emilia masih meringis kesakitan. Farah Memberikan Obat yang baru ia beli dan meminumkannya.
“Mil kita Pulang saja Yuk!” ajak Farah sembari khawatir.
“Enggak sebelum kak Jimmi datang!”
“Tapi tadi kak Jimmi memintaku agar segera pulang saja karena tadi Kak Jimmi bertemu dengan rekan bisnisnya.” Farah Sedikit berbohong karena khawatir Emilia sakit hati.
“Beneran Kak Jimmi yang ngomong?” tanya Emilia memastikan.
“Masa sih gue bo’ong sama Sahabat gue.” Mereka pun langsung pergi dari mall itu.
__

Farah sedang mengerjakan PR yang belum ia kerjakan dirumah. Datanglah Emilia dengan segunduk cerita seulas Kak Jimmi. Ia menceritakan saat-saat yang indah baginya ketika ia diantarkan pulang oleh kak Jimi dengan motor kerennya. Emilia tak bertumpu sediukitpun untuk mempertahankan diri kelak jika ia terjatuh dari motor. Lalu apa yang terjadi? Kak jimi meraih tangan Emilia dan menyimpan tangan itu di badan tegap Kak Jimi yang atletis dengan memeluk Kak Jimi. Emilia merasa Canggung tapi ia tahu bahwa Kak Jimi sangat melindunginya.
Ketika itu, kak Jimi memperhatikan tangan Emilia dan berkata, “Kulit tanganmu hitam sekali? Jangann sering panas-panasan donk!” dengan bicara seperti itu, tahu kalau Kak Jimmi sangat berempati kepadanya. Menurut Emilia itu merupakan peristiwa yang sangat romantis.
“Apa lu benar-benar menyukai Kak Jimmi?” Tanya Farah.
“Yes, I’m so Really.” Jawabnya singkat dan jelas.
“Lu tidak merasa ada yang aneh terhadap kak Jimmi, kalau-kalau ia akan berhianat sama lu?” tranyanya penuh dengan Privasi.
“Sebenarnya kak Jimmi, udah ngomong sama gue kalau sebenarnya ia jadikan aku yang kedua.” Jawabnya tanpa ekspresi, “dan pacarnya yang satu lagi itu adalah kakak kelas kita. Tapi dia tidak memberitahu gue siapa orangnya.”
“Lu...ah..” Farah merasa serba salah, “Bener dia itu kelas tiga? Bukan kelas dua seperti kita-kita ini!”
“Bukan, dia kelas tiga.” Saat itu juga Farah memandang ada yang salah dengan Kak Jimmi yang telah ia anggap sendiri seperti kakaknya. Kini ia tahu bahwa sikap cowo rata-rata adalah bajingan. Termasuk yang mempunyai kharisma seperti Kak Jimmi pun.
__

Kembali Emilia diantarkan pulang oleh Kak Jimmi. Farah merasa otaknya pening dengan suasana rumahnya, ia ingin suasana yang lain. Kemudian ia nekat untuk menginap di rumah temannya Ronda tanpa memberi tahu orang tuanya. Ia memutuskannya saat ia berada di dalam Bis Sekolah bersama sahabat-sahabatnya Ronda, Maelany, dan Zahra. Maelany dan Zahra pun ikut untuk menginap di rumah Ronda. Tetapi mereka meminta izin terlebih dahulu kepada orangtuanya.
Farah langsung menuju ke rumah Ronda sedangkan Maelany dan Zahra Pulang terlebih dahulu kerumahnya masing-masing. Saat ia menunggu kedatangan mereka, ia hanya mendapati Maelany yang lebih dahulu datang dari Zahra. Setelah sekian lama dan setelah senja turun dari ufuknya, hingga suasana menjadi gelap. akhirnya Zahra datang. Tetapi apa yang terjadi? Ia diantarkan oleh Kak Jimmi dan sepeda Motornya.
Hati Farah terpukul, ia semakin meredam rasa sakit. Karena sahabatnya Emilia telah di khianati lebih lanjut. “dasar Playboy cap Bebek.” Gerutunya dalam hati. Di dalam kesunyian malam, ia bertanya kepada Zahra tentang hubungannya dengan Kak Jimmi. Tapi ia berkata kalau dia tidak mempunyai hubungan spesial.
Farah tahu betul, sekian lama Kak Jimmi menyukai Zahra. Dan farah yakin, seandainya Zahra tidak mempunyai rasa kepada Kak Jimi waktu itu. Maka lama kelamaan Zahra juga pasti akan menyukai Kak Jimmi. Hal ini di buktikan Kak Jimmi mengantarkan Zahra ke rumah Ronda yang jauh dari keramaian kota.

Esok tiba. Ingatannya sangat kuat, saat-saat Emilia berkata padanya kalau ia berpacaran dengan Kak Jimmi. 10 hari sudah Emilia berpacaran.
Hari itu adalah Ujian tengah semester, Farah Sibuk mencari teman-temannya untuk meminta penjelasan terhadap pelajaran yang belum ia pahami. Kemudian ia mendapati Emilia sedang duduk di depan kelas. Wajah Emil menandakan ia sangat kesal dan kecewa.
“Lu Kenapa Emil?” tanya Farah.
“Gue lagi kesel sama si Kak Jimmi.” Jawabnya merintih. Farah menyadari mungkin Emilia telah tahu hubungan antara Zahra dan Kak Jimmi. “Gue Kecewa, karena kemarin saat gue dan Kak Jimmi hendak ke Restoran. Disana Juga terdapat Zahra.” Kini Farah yakin betul kekecewaan dari Emilia.
“Kita makan se meja. Tetapi Kak Jimmi lebih banyak bicara kepada Zahra kebanding sama gue. Disana terlihat seolah-olah yang lagi pacaran itu Kak Jimmi dan Zahra bukan sama gue.”
Farah geram, ia menjadi sangat tidak menyukai Kak Jimmi. Dia tidak bisa menahan-nahan rahasia yang ia ketahui selama ini, “Emil lu tau gak? Kemarin saja saat kita menginap kerumah Ronda. Zahra di anterin Kak Jimmi kerumah Ronda.”
Sorot mata Emilia sayu, ia tersendu dan mukanya merah. Bunga yang mekar didalam hatinya mendadak layu dan tak berwarna. “Mil, gue gak tahan juga nyaksiin tingkah Kak Jimmi. Ya gue kasih tahu aja ke elo.”
“Mungkin saja sesudah dia nganterin gue ke rumah, ia balik lagi ke Resto. Soalnya saat balik Zahra masih diam di Resto. Dan mungkin Kak Jimmi langsung nganterin Zahra kerumah Ronda.”
“Tett,,,Tett!” Bel masuk berbunyi, pembicaraan mereka pun terhenti karena mereka harus segera keruangan masing-masing untuk mengisi soal Ujian tengah semester.
Emilia belari, tapi dia tidak menuju kelasnya. Melainkan menuju kelas di mana Zahra berada. Farah merasa bersalah, tapi ia fikir itu memang yang terbaik bagi Emilia.
“Zahra...ellllooo?” ia berkata sambil terisak-isak. Kemudian ia tak bisa melanjutkan kata-katanya lagi karena ia tak kuat untuk menangis.
“Ada apa Emil?” tanya Zahra berempati, karena pipi yang berkulit hitam manis itu terbasahi oleh air mata kesedihan.
“Pokoknya elo nanti tanya aja Farah, tentang masalah ini!” ujar Emilia lantas ia meninggalkan kelas Zahra.
__

Farah berjalan di antara siswa lain, yang juga akan segera meninggalkan sekolah. Rok abu-abu itu terayun oleh langkahnya yang anggun. Lalu tiba-tiba ada seseorang yang meneriaki namanya. Farah berpaling ke arah sumber suara, dan ternyata yang memanggilnya adalah Zahra.
“Ada apa?” tanya Farah tenang, ia telah mengira apa yang akan ditanyakan oleh Zahra.
“Soal masalah Emilia, Emangnya ada apa sih?” tanya itu penuh dengan selidik. Farah mencoba untuk mengeluarkan hembusan rasa penat yang akhir-akhir ini sering mengguncangnya. Tak lama berselang dari itu, Farah pun menjelaskan cerita tentang Emilia kepada Zahra.
Lalu bagaimana dengan respon dari Zahra sendiri? Ia meminta maaf kepada Emilia melalui Farah. Ia berkata bahwa ia tak mengetahui sedikitpun hubungan antara Emilia dan Kak Jimmi.
“Lalu sebenernya lu sama Kak Jimmi itu ada hubungan apa?” Farah berulangkali melempari Zahra dengan pertanyaan.
“Aku tidak ada hubungan apapun. Aku hanya menganggap Kak Jimmi sebagai kakakku.”
“Oke, Kalu begitu lu harus ceritain semua ini sama Emilia!”
“Kapan?”
“Kapan lagi? Ya sekarang lah!”
Saat itu semua teman-teman Emilia berada di rumahnya untuk menghibur Emilia dari laranya. Mereka adalah Maelany, Ronda, Vez, Moni, Tiyas dan ditambah Zahra serta Farah yang baru saja datang. Ketika itu pula Zahra meminta maaf dengan sepenuh hati, sebagai sahabatnya.
Emilia pun menerima maafnya, karena kesalahan dari insiden ini sebenarnya berada di tangan Kak Jimmi. Kini mereka merencanakan untuk memberi pelajaran kepada Kak Jimmi.
Dengan matang dan kompak mereka telah berada di posisi masing-masing untuk bersandiwara di depan Kak Jimmi di hari itu juga. Tetapi sepertinya rencana mereka gagal. Karena hari semakin gelap, merekapun segera menuju ke tempat istirahatnya, rumah mereka masing-masing.
__

Esok harinya, tepatnya di hari ke 14 dimana mereka menyandang status berpacaran. Emilia tak ingin melibatkan teman-temannya dalam masalahnya. Ia menemui Jimmi seorang diri dan bicara baik-baik kepadanya, tentang unek-unek yang selama ini ia tak sukai dalam diri Jimmi.
Jimmi menerima keluhan dari Emilia. Ia pun sadar akan tindakannya yang bersifat menyakitkan hati bagi Emilia. Setelah lama mereka dalam perbincangan yang panjang, akhirnya Emilia memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka.
Emillia merasakan Plong yang dalam dari hatinya. Dan rasanya itu sangat menenangkan. Ia menuju ke tempat berkumpulnya teman-temannya. Awalnya mereka berkumpul untuk memecahkan masalah Emilia bersama-sama.
“Emilia... lo kemana saja?” tanya Vez dengan kerutan di dahinya.
“Gue sekarang udah putus dengan Kak Jimmi.” Emilia berkata seperti itu dengan wajah yang pucat. “Tapi gue seneng kok, sekarang gue udah putus sama cowok playboy cap bebek.”
Mereka semuapun bertepuk tangan, karena usaha Emilia yang patut di berikan aplouse. Merekapun kini tak tercekam dalam ketegangan yang membekukan pikiran. Mereka tertawa, bercanda kembali.
Saat Emilia dan Farah hanya berdua saja di dapur, Farah berkata, “itu tindakan yang sangat kesatria Emil.” Dengan menampakan senyuman manis di bibirnya. “tapi elo harus tetap waspada kepada Zahra.”
“Emangnya kenapa?”
“Apa lu gak berfikir kenpa bisa-bisanya ia dekat sekali dengan Kak Jimmi?” Farah menjelaskan pertanyaan awalnya.
Farah tak perlu melanjutkan kalimatnya, karena Emilia telah mengerti apa yang dimaksud Farah. “Ya aku akan tetap waspada, walau gue telah melepaskan Kak jimmi untuk selamanya.” ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar